RUMPUT
LAUT
Rumput
laut atau sea weeds secara ilmiah
dikenal dengan istilah alga atau ganggang. Rumput laut termasuk salah satu
anggota alga yang merupakan tumbuhan berklorofil. Dilihat dari ukurannya,
rumput laut terdiri dari jenis mikroskopik dan makroskopik. Jenis makroskopik
inilah yang sehari-hari kita kenal sebagai rumput laut.
Rumput
laut tergolong tanaman berderajat rendah, umumnya tumbuh melekat pada substrat
tertentu, tidak mempunyai akar, batang maupun daun sejati, tetapi hanya
menyerupai batang yang disebut thallus. Bentuk thallus ini beragam, ada yang
bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong, atau ada juga yang
seperti rambut. Rumput laut tumbuh di alam dengan melekatkan diri pada karang,
lumpur, pasir, batu dan benda keras lainnya. Selain benda mati, rumput lautpun
dapat melekat pada tumbuhan lain secara epifitik
Rumput
laut ini juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Karena rumput laut dapat
dimanfaatkan menjadi berbagai macam produk. Hasil proses ekstraksi rumput laut
banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan atau sebagai bahan tambahan untuk
industri makanan, farmasi, kosmetik, tekstil, kertas, cat dan lain-lain. Selain
itu digunakan pula sebagai pupuk hijau dan komponen pakan ternak maupun ikan.
Dengan manfaatnya yang besar, banyak sekali orang yang berusaha membudidayakan
rumput laut untuk menunjang perekonomian mereka. Adapun contoh rumput laut yang
digunakan sebagai produk makanan, seperti bahan pembuat agar yaitu Gracilaria sp adalah rumput laut yang
termasuk pada kelas alga merah (Rhodophyta) dengan nama daerah yang
bermacam-macam, seperti: sango-sango, rambu kasang, janggut dayung,
dongi-dongi, bulung embulung, agar-agar karang, agar-agar jahe, bulung sangu
dan lain-lain.
Rumput
laut marga gracilaria banyak jenisnya, masing-masing memiliki sifat-sifat
morfologi dan anatomi yang berbeda serta dengan nama ilmiah yang berbeda pula,
seperti: Gracilaria confervoides, Gracilaria
gigas, Gracilaria verucosa, Gracilaria
lichenoides, Gracilaria crasa, Gracilaria blodgettii, Gracilaria arcuata, Gracilaria taenioides, Gracilaria eucheumoides, dan banyak
lagi. Beberapa ahli menduga bahwa rumput laut marga gracilaria memiliki jenis
yang paling banyak dibandingkan dengan marga lainnya.
Rumput
laut gracilaria umumnya mengandung agar, ager atau disebut juga agar-agar
sebagai hasil metabolisme primernya. Agar-agar diperoleh dengan melakukan
ekstraksi rumput laut pada suasana asam setelah diberi perlakuan basa serta
diproduksi dan dipasarkan dalam berbagai bentuk, yaitu: agar-agar tepung,
agar-agar kertas dan agar-agar batangan dan diolah menjadi berbagai bentuk
penganan (kue), seperti pudding dan jeli atau dijadikan bahan tambahan dalam
industri farmasi. Kandungan serat agar-agar relatif tinggi, karena itu
dikonsumsi pula sebagai makanan diet. Melalui proses tertentu agar-agar
diproduksi pula untuk kegunaan di laboratorium sebagai media kultur bakteri
atau kultur jaringan.
Sejak
berabad lalu, nenek moyang kita telah memanfaatkan gracilaria sebagai makanan.
Baik dimasak dengan air kelapa atau dengan air santan dan gula, rumput laut
dibuat penganan atau dimasak oseng-oseng atau tumis. Di beberapa daerah pesisir
di wilayah nusantara ini, gracilaria diyakini dapat dimakan sebagai pencegah
GAKI. Hal ini semakin jelas dari beberapa hasil penelitian, ternyata beberapa
jenis gracilaria banyak mengandung Iodium.
Tempat
tumbuh dan perkembangbiakan
Seperti
pada alga kelas lainya, morfologi rumput laut gracilaria tidak memiliki
perbedaan antara akar, batang dan daun. Tanaman ini berbentuk batang yang
disebut dengan thallus (jamak: thalli) dengan berbagai bentuk percabangannya.
Secara alami gracilaria hidup dengan melekatkan (sifat benthic) thallusnya pada
substrat yang berbentuk pasir, lumpur, karang, kulit kerang, karang mati, batu
maupun kayu, pada kedalaman sampai sekitar 10 sampai 15 meter di bawah
permukaan air yang mengandung garam laut pada konsentrasi sekitar 12o/oo -
30o/oo. Sifat-sifat oseanografi, seperti sifat kimia-fisika air dan substrat,
macamnya substrat serta dinamika/pergerakan air, merupakan faktor-faktor yang
sangat menentukan pertumbuhan gracilaria.
Perkembangbiakan
gracilaria pada garis besarnya melalui dua cara, yaitu :
1.
Tidak kawin
·
vegetasi, yaitu dengan cara penyetekan;
·
konyugasi, yaitu dengan cara peleburan
dinding sel sehingga terjadi pencampuran protoplasma dari dua atau lebih
thalli;
·
penyebaran spora yang terdapat pada
kantung spora (carpospora, cystocarp).
2.
Kawin
·
Perkawinan antara gamet-gamet yang
dihasilkan dari gametofit yang merupakan hasil germinasi dari spora.
Teknik
Budidaya
Budidaya
gracilaria sudah sejak lama dikembangkan di beberapa negara seperti Taiwan dan
Chile. Di Indonesia pengembangan budidaya gracilaria baru dimulai sejak tahun
1985, melalui kegiatan pengkajian yang dilakukan Tim Rumput Laut BPPT yang
bekerjasama dengan instansi terkait dan pihak swasta.
Berdasarkan
hasil kajian, gracilaria dapat dibudidayakan dengan beberapa metoda, yaitu:
metoda dasar (bottom method) di dalam tambak dengan menebarkan bibit pada dasar
tambak dan metoda lepas dasar (off bottom method) seperti budidaya Echeuma sp.,
yaitu dengan cara mengikat bibit pada tali ris (ropeline) kemudian diikatkan
pada patok-patok atau pada rakit. Akhir-akhir ini dikembangkan pula budidaya gracilaria
dengan metoda rakit (floating rack method) dan metoda rawai (longline method).
Dalam tulisan ini diuraikan salah satu metoda budidaya gracilaria yang paling
banyak digunakan, yaitu metoda dasar di dalam tambak, yang didasarkan pada
hasil-hasil pengkajian dan ujicoba oleh Tim Rumput Laut BPPT di beberapa
daerah. Teknik budidaya Gracilaria dalam tambak ini sudah diterapkan dan
dikembangkan di Kabupaten Sinjai, Takalar, Maros, Pangkep (Sulsel); Kabupaten
Lamongan (Jatim); Kabupaten Sumbawa Besar (NTB).
Persyaratan
umum
Tahap
awal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan budidaya gracilaria dalam
tambak, antara lain adalah keadaaan tambak yang akan digunakan (termasuk dasar
tambak sebagai substrat), kualitas air dalam tambak dan sekitarnya, serta bibit
tanaman baik mengenai jenis dan kualitasnya.
a.
Keadaan Tambak
Ø Keadaan
dasar tambak yang paling ideal adalah pasir yang mengandung lumpur atau tanah
yang mengandung pasir dengan sedikit lumpur. Perlu diusahakan supaya dasar
tambak tidak terlalu banyak mengandung lumpur (ketebalan lumpur maksimal 15
sampai 20 cm) dan bila dipandang perlu dapat dilakukan pengurasan lumpur.
Beberapa alternatif bentuk/disain tambak dapat dilihat pada lampiran.
Ø Tambak
harus bersih dari tanaman lain yang dapat membusuk, terutama yang dapat
meningkatkan derajat keasaman dasar tambak. Derajat keasaman (pH) dasar tambak
berkisar antara 6 sampai 9 dan yang paling ideal adalah sekitar 6,8 sampai 8,2.
Untuk mengurangi keasaman dapat dilakukan terlebih dahulu "penebaran kapur".
Ø Tambak
harus memiliki saluran air yang baik dan bersih (tidak terlalu banyak
mengandung lumpur), serta setiap petak tambak diusahakan memiliki 2 (dua) buah
pintu air, yang akan berfungsi sebagai pintu-pintu untuk air masuk dan air
keluar.
Ø Pasang-surut
air laut harus mempengaruhi kondisi air di dalam tambak untuk melakukan
pergantian air.
Ø Gelombang
atau arus air di dalam tambak (sebagai akibat angin atau pengaruh pasang surut)
diupayakan tidak terlalu besar, sehingga tidak mengakibatkan berkumpulnya tanaman
pada suatu tempat tertentu. Akan tetapi gelombang dan arus air di dalam tambak
harus cukup untuk memberikan gerakan bagi tanaman.
Ø Pematang
tambak supaya diusahakan cukup rapih dan dapat digunakan sebagai sarana jalan
dalam pengelolaan tambak dan/atau dapat difungsikan pula sebagai tempat
penjemuran hasil panen dengan menggunakan alas.
b.
Kualitas Air
1. Salinitas
air berkisar antara 12o/oo - 30o/oo dan yang ideal sekitar 15o/oo - 25o/oo,
2. Suhu
air berkisar antara 180C sampai 300C dan yang ideal sekitar 200C sampai 250 C.
3. pH
air dalam tambak berkisar antara 6 sampai 9 dan yang ideal sekitar 6,8 sampai
8,2.
4. Air
tidak mengandung lumpur sehingga kekeruhan (turbidity) air masih cukup bagi
tanaman untuk menerima sinar matahari.
c.
Bibit
Tanaman
yang dipilih untuk bibit adalah gracilaria yang pada usia panennya memiliki
"kandungan agar-agar" yang cukup tinggi dan memiliki "kekuatan
gel" yang tinggi pula. Pemeriksaan di laboratorium oleh pakar sebelum
tanaman dijadikan bibit dapat membantu memilih bibit yang baik dan dapat
mencegah menyebarnya bibit yang berkualitas rendah. Bagian tanaman yang dipilih
untuk bibit adalah thallus yang relatif masih muda dan sehat, yang diperoleh
dengan cara memetik dari rumpun tanaman yang sehat pula dengan panjang sekitar 5
sampai 10 cm. Dalam memilih bibit perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) thallus yang dipilih masih cukup elastis; 2) thallus memiliki banyak cabang
dan pangkalnya lebih besar dari cabangnya; 3) ujung thallus berbentuk lurus dan
segar; 4) bila thallus digigit/dipotong akan terasa getas (britel); 5) bebas
dari tanaman lain (epipit) dan kotoran lainnya.
Cara
Tanam
1. Tambak
yang keadaan dan kualitas airnya sudah memenuhi syarat dibersihkan dari
kotoran.
2. Tambak
dikuras dengan mengeluarkan dan memasukan air laut pada saat pasang- surut
sehingga air yang ada dalam tambak merupakan air segar (baru).
3. Bibit
ditanam dengan cara menebarkannya secara merata di dalam tambak pada saat
keadaan cuaca cukup teduh, yaitu pada pagi hari atau sore hari.
Kepadatan
bibit untuk 1 (satu) hektar (ha):
*
pada penanaman pertama ditebar sekitar 1 ton bibit per ha;
*
apabila pada panen pertama laju pertumbuhan perhari (DGR) tidak kurang dari 3%,
atau hasil panen basah sekitar 4 kali berat bibit yang ditanam, maka pada
penanaman kedua dapat ditebar dengan kepadatan menjadi 2 ton per hektar.
*
apabila DGR dapat mencapai di atas 4%, atau hasil panen basah sekitar 6 kali
berat bibit yang ditanam, maka pada penanaman berikutnya dapat ditebar bibit
sehingga kepadatan mencapai sekitar 3 sampai 4 ton bibit per hektar.
*
Kedalaman air dalam tambak harus diatur, sehingga dapat menunjang pertumbuhan
tanaman dan juga meningkatkan isi kandungan dari tanaman. Untuk itu perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
*
pada 4 minggu pertama, air dalam tambak supaya dipertahankan pada ke-dalaman
sekitar 30 sampai 50 cm, dengan tujuan agar pertumbuhan cabang lebih cepat;
*
pada minggu kelima sampai minggu keenam atau ketujuh air dipertahankan pada
kedalaman sekitar 50 sampai 80 cm dengan tujuan memperlambat pertumbuhan cabang
sehingga tanaman dapat meningkatkan isi kandungan.
Pada
musim kemarau suhu air di dasar tambak diusahakan supaya tidak terlalu tinggi
dan apabila suhu air di atas normal maka kedalaman air di dalam tambak perlu
ditambah, sehingga suhu di dasar tambak dapat dipertahankan pada kondisi
normal.
Pemupukan
Seperti
pada tanaman lain, rumput laut gracilaria juga memerlukan nutrisi pada
pertumbuhannya seperti nitrogen, phosphat dan kalium serta oksigen. Penggunaan
pupuk dalam budidaya ini akan tergantung kepada kualitas nutrisi di dalam air
tambak. Untuk itu dianjurkan dilakukan analisis kualitas air tambak untuk
mengetahui kandungan nitrogen, phosphat dan kalium. Hasil analisa tersebut
dapat digunakan untuk menetapkan jumlah pupuk yang perlu digunakan. Pada
prinsipnya, pada empat minggu pertama, tanaman memerlukan lebih banyak nutrisi
nitrogen, sedangkan dua atau tiga minggu sebelum panen tanaman memerlukan lebih
banyak nutrisi phosphat. Kendala yang dihadapi dalam pemupukan adalah seringnya
perggantian air di dalam tambak, karena itu pupuk dalam bentuk pelet relatif
lebih efektif karena dapat melepas nutrisi secara bertahap. Apabila di dalam
tambak mudah tumbuh alga hijau, maka hal ini menunjukkan bahwa kandungan
nitrogennya sudah cukup. Dari hasil pengamatan maka dianjurkan bahwa pada 4
minggu pertama diperlukan sekitar 10 kg/ha pupuk yang banyak mengandung
nitrogen, dan ditebar secara bertahap. Sedangkan untuk 2 sampai 3 minggu berikutnya
diperlukan sekitar 5 kg/ha pupuk yang lebih banyak mengandung phosphat yang
ditebar secara bertahap. Penebaran lebih tepat dilakukan pada saat setelah
dilakukan penggantian air tambak.
Pemeliharaan/Perawatan
Ø Untuk
mempertahankan salinitas dan nutrisi baru, perlu dilakukan pergantian air
minimal setiap tiga hari sekali pada saat surut dan pasang. Pada musim kemarau
pergantian air supaya dilakukan lebih sering untuk menghindari salinitas
terlalu tinggi sebagai akibat dari penguapan air. Sedangkan pada musim hujan
pergantian air harus diatur untuk menjaga salinitas dalam tambak tidak terlalu
rendah. Karena itu pada saat pergantian air perlu diperhatikan salinitas air
pada saluran pembagi/induk.
Ø Perlu
dilakukan perawatan/ pemeliharaan pada tambak dan tananan dengan melakukan
hal-hal sebagai berikut:
1. membuang
tanaman lain (rumput dan alga lainnya) serta kotoran lainnya dari dalam tambak
supaya tidak nengganggu pertumbuhan rumput laut gracilaria ;
2. perawatan
pintu-pintu air, saluran air dan perawatan pematang tambak.
Panen
dan Pascapanen
Panen
dapat dilakukan setelah tanaman berusia sekitar 45 sampai 60 hari (akan sangat
tergantung pada kesuburan lokasi penanaman) atau dengan memilih tanaman yang
dianggap sudah cukup matang untuk dikeringkan. Sedangkan tanaman yang masih
belum matang atau bagian tanaman yang masih muda dipetik untuk kemudian ditanam
kembali sebagai bibit baru. Sebelum dikeringkan hasil panen dicuci terlebih
dahulu dengan menggunakan air tambak untuk menghilangkan lumpur dan kotoran
lainnya. Apabila tidak ada permintaan lain dari pembeli maka keringkan langsung
dengan sinar matahari dengan dialasi gedek, krey bambu, daun kelapa atau dengan
menggunakan bahan lainnya.
Catatan:
Untuk
pengeringan selama musim penghujan, dapat dilakukan dengan mengangin-anginkan
rumput laut di atas rak (dengan ketebalan setitar 5 sampai 8 cm.) atau dengan
cara diikat dalam bentuk rumpun dan digantung di dalam gudang. Dapat pula
dilakukan dengan menggunakan alat pengering khusus, seperti menggunakan penghembus
udara panas.
3. Pengeringan
diusahakan sampai pada kekeringan yang cukup dengan kandungan air sekitar 12%,
sehingga pada saat penyimpanan, kandungan air pada rumput kembali menjadi
sekitar maksimal 18%. Apabila diremas dan terasa sakit pada telapak tangan,
artinya kekeringan rumput laut sudah cukup baik. Rasio basah : kering pada
umumnya sekitar 9 :1 atau 8 : 1.
4. Rumput
kemudian diayak atau diperlakukan lain untuk merontokkan butir-butir halus
garam dan/atau debu yang masih melekat serta sekaligus melakukan sortir ulang.
Hasilnya kemudian dimasukan ke dalam karung dan penyimpanan dilakukan di gudang
yang terhindar dari embun, air hujan atau air tawar lainnya. Gudang harus
ditata sedemikian rupa, sehingga memiliki sirkulasi udara yang cukup baik.
5. Pengepakan
atau pengisian dalam karung dapat disesuaikan dengan permintaan pembeli dengan
berat sekitar 50, 75 atau 100 kg. per karung/bal. Untuk mengefektifkan ruangan
(baik dalam gudang atau alat transportasi) sebaiknya pengepakan dilakukan
dengan mesin pres
DAFTAR
PUSTAKA
Dikutip dari http://gangganglaut.blogspot.com/2010/11/pengertian-rumput-laut.html
pada tanggal 10 Maret 2012, pukul 17.35
Dikutip dari http://pakarbisnisonline.blogspot.com/2010/05/cara-budidaya-rumput-laut-menggunaka.html
pada tanggal 10 Maret 2012, pukul 17.48
Dikutip dari http://kenshuseidesu.tripod.com/id49.html
pada tanggal 11 Maret 2012, pukul 8.15
Diunduh dari http://rahimnetwork.blogspot.com/2010_11_09_archive.html
pada tanggal 11 Maret 2012, pukul 17.48