Senin, 21 Mei 2012

RUMPUT LAUT





RUMPUT LAUT

Rumput laut atau sea weeds secara ilmiah dikenal dengan istilah alga atau ganggang. Rumput laut termasuk salah satu anggota alga yang merupakan tumbuhan berklorofil. Dilihat dari ukurannya, rumput laut terdiri dari jenis mikroskopik dan makroskopik. Jenis makroskopik inilah yang sehari-hari kita kenal sebagai rumput laut.
Rumput laut tergolong tanaman berderajat rendah, umumnya tumbuh melekat pada substrat tertentu, tidak mempunyai akar, batang maupun daun sejati, tetapi hanya menyerupai batang yang disebut thallus. Bentuk thallus ini beragam, ada yang bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong, atau ada juga yang seperti rambut. Rumput laut tumbuh di alam dengan melekatkan diri pada karang, lumpur, pasir, batu dan benda keras lainnya. Selain benda mati, rumput lautpun dapat melekat pada tumbuhan lain secara epifitik
Rumput laut ini juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Karena rumput laut dapat dimanfaatkan menjadi berbagai macam produk. Hasil proses ekstraksi rumput laut banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan atau sebagai bahan tambahan untuk industri makanan, farmasi, kosmetik, tekstil, kertas, cat dan lain-lain. Selain itu digunakan pula sebagai pupuk hijau dan komponen pakan ternak maupun ikan. Dengan manfaatnya yang besar, banyak sekali orang yang berusaha membudidayakan rumput laut untuk menunjang perekonomian mereka. Adapun contoh rumput laut yang digunakan sebagai produk makanan, seperti bahan pembuat agar yaitu Gracilaria sp adalah rumput laut yang termasuk pada kelas alga merah (Rhodophyta) dengan nama daerah yang bermacam-macam, seperti: sango-sango, rambu kasang, janggut dayung, dongi-dongi, bulung embulung, agar-agar karang, agar-agar jahe, bulung sangu dan lain-lain.
Rumput laut marga gracilaria banyak jenisnya, masing-masing memiliki sifat-sifat morfologi dan anatomi yang berbeda serta dengan nama ilmiah yang berbeda pula, seperti: Gracilaria confervoides, Gracilaria gigas, Gracilaria verucosa, Gracilaria lichenoides, Gracilaria crasa, Gracilaria blodgettii, Gracilaria arcuata, Gracilaria taenioides, Gracilaria eucheumoides, dan banyak lagi. Beberapa ahli menduga bahwa rumput laut marga gracilaria memiliki jenis yang paling banyak dibandingkan dengan marga lainnya.
Rumput laut gracilaria umumnya mengandung agar, ager atau disebut juga agar-agar sebagai hasil metabolisme primernya. Agar-agar diperoleh dengan melakukan ekstraksi rumput laut pada suasana asam setelah diberi perlakuan basa serta diproduksi dan dipasarkan dalam berbagai bentuk, yaitu: agar-agar tepung, agar-agar kertas dan agar-agar batangan dan diolah menjadi berbagai bentuk penganan (kue), seperti pudding dan jeli atau dijadikan bahan tambahan dalam industri farmasi. Kandungan serat agar-agar relatif tinggi, karena itu dikonsumsi pula sebagai makanan diet. Melalui proses tertentu agar-agar diproduksi pula untuk kegunaan di laboratorium sebagai media kultur bakteri atau kultur jaringan.
Sejak berabad lalu, nenek moyang kita telah memanfaatkan gracilaria sebagai makanan. Baik dimasak dengan air kelapa atau dengan air santan dan gula, rumput laut dibuat penganan atau dimasak oseng-oseng atau tumis. Di beberapa daerah pesisir di wilayah nusantara ini, gracilaria diyakini dapat dimakan sebagai pencegah GAKI. Hal ini semakin jelas dari beberapa hasil penelitian, ternyata beberapa jenis gracilaria banyak mengandung Iodium.

Tempat tumbuh dan perkembangbiakan
Seperti pada alga kelas lainya, morfologi rumput laut gracilaria tidak memiliki perbedaan antara akar, batang dan daun. Tanaman ini berbentuk batang yang disebut dengan thallus (jamak: thalli) dengan berbagai bentuk percabangannya. Secara alami gracilaria hidup dengan melekatkan (sifat benthic) thallusnya pada substrat yang berbentuk pasir, lumpur, karang, kulit kerang, karang mati, batu maupun kayu, pada kedalaman sampai sekitar 10 sampai 15 meter di bawah permukaan air yang mengandung garam laut pada konsentrasi sekitar 12o/oo - 30o/oo. Sifat-sifat oseanografi, seperti sifat kimia-fisika air dan substrat, macamnya substrat serta dinamika/pergerakan air, merupakan faktor-faktor yang sangat menentukan pertumbuhan gracilaria.

Perkembangbiakan gracilaria pada garis besarnya melalui dua cara, yaitu :
1. Tidak kawin
·         vegetasi, yaitu dengan cara penyetekan;
·         konyugasi, yaitu dengan cara peleburan dinding sel sehingga terjadi pencampuran protoplasma dari dua atau lebih thalli;
·         penyebaran spora yang terdapat pada kantung spora (carpospora, cystocarp).

2. Kawin
·         Perkawinan antara gamet-gamet yang dihasilkan dari gametofit yang merupakan hasil germinasi dari spora.

Teknik Budidaya
Budidaya gracilaria sudah sejak lama dikembangkan di beberapa negara seperti Taiwan dan Chile. Di Indonesia pengembangan budidaya gracilaria baru dimulai sejak tahun 1985, melalui kegiatan pengkajian yang dilakukan Tim Rumput Laut BPPT yang bekerjasama dengan instansi terkait dan pihak swasta.
Berdasarkan hasil kajian, gracilaria dapat dibudidayakan dengan beberapa metoda, yaitu: metoda dasar (bottom method) di dalam tambak dengan menebarkan bibit pada dasar tambak dan metoda lepas dasar (off bottom method) seperti budidaya Echeuma sp., yaitu dengan cara mengikat bibit pada tali ris (ropeline) kemudian diikatkan pada patok-patok atau pada rakit. Akhir-akhir ini dikembangkan pula budidaya gracilaria dengan metoda rakit (floating rack method) dan metoda rawai (longline method). Dalam tulisan ini diuraikan salah satu metoda budidaya gracilaria yang paling banyak digunakan, yaitu metoda dasar di dalam tambak, yang didasarkan pada hasil-hasil pengkajian dan ujicoba oleh Tim Rumput Laut BPPT di beberapa daerah. Teknik budidaya Gracilaria dalam tambak ini sudah diterapkan dan dikembangkan di Kabupaten Sinjai, Takalar, Maros, Pangkep (Sulsel); Kabupaten Lamongan (Jatim); Kabupaten Sumbawa Besar (NTB).



Persyaratan umum
Tahap awal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan budidaya gracilaria dalam tambak, antara lain adalah keadaaan tambak yang akan digunakan (termasuk dasar tambak sebagai substrat), kualitas air dalam tambak dan sekitarnya, serta bibit tanaman baik mengenai jenis dan kualitasnya.
a. Keadaan Tambak
Ø  Keadaan dasar tambak yang paling ideal adalah pasir yang mengandung lumpur atau tanah yang mengandung pasir dengan sedikit lumpur. Perlu diusahakan supaya dasar tambak tidak terlalu banyak mengandung lumpur (ketebalan lumpur maksimal 15 sampai 20 cm) dan bila dipandang perlu dapat dilakukan pengurasan lumpur. Beberapa alternatif bentuk/disain tambak dapat dilihat pada lampiran.
Ø  Tambak harus bersih dari tanaman lain yang dapat membusuk, terutama yang dapat meningkatkan derajat keasaman dasar tambak. Derajat keasaman (pH) dasar tambak berkisar antara 6 sampai 9 dan yang paling ideal adalah sekitar 6,8 sampai 8,2. Untuk mengurangi keasaman dapat dilakukan terlebih dahulu "penebaran kapur".
Ø  Tambak harus memiliki saluran air yang baik dan bersih (tidak terlalu banyak mengandung lumpur), serta setiap petak tambak diusahakan memiliki 2 (dua) buah pintu air, yang akan berfungsi sebagai pintu-pintu untuk air masuk dan air keluar.
Ø  Pasang-surut air laut harus mempengaruhi kondisi air di dalam tambak untuk melakukan pergantian air.
Ø  Gelombang atau arus air di dalam tambak (sebagai akibat angin atau pengaruh pasang surut) diupayakan tidak terlalu besar, sehingga tidak mengakibatkan berkumpulnya tanaman pada suatu tempat tertentu. Akan tetapi gelombang dan arus air di dalam tambak harus cukup untuk memberikan gerakan bagi tanaman.
Ø  Pematang tambak supaya diusahakan cukup rapih dan dapat digunakan sebagai sarana jalan dalam pengelolaan tambak dan/atau dapat difungsikan pula sebagai tempat penjemuran hasil panen dengan menggunakan alas.



b. Kualitas Air
1.      Salinitas air berkisar antara 12o/oo - 30o/oo dan yang ideal sekitar 15o/oo - 25o/oo,
2.      Suhu air berkisar antara 180C sampai 300C dan yang ideal sekitar 200C sampai 250 C.
3.      pH air dalam tambak berkisar antara 6 sampai 9 dan yang ideal sekitar 6,8 sampai 8,2.
4.      Air tidak mengandung lumpur sehingga kekeruhan (turbidity) air masih cukup bagi tanaman untuk menerima sinar matahari.
c. Bibit
Tanaman yang dipilih untuk bibit adalah gracilaria yang pada usia panennya memiliki "kandungan agar-agar" yang cukup tinggi dan memiliki "kekuatan gel" yang tinggi pula. Pemeriksaan di laboratorium oleh pakar sebelum tanaman dijadikan bibit dapat membantu memilih bibit yang baik dan dapat mencegah menyebarnya bibit yang berkualitas rendah. Bagian tanaman yang dipilih untuk bibit adalah thallus yang relatif masih muda dan sehat, yang diperoleh dengan cara memetik dari rumpun tanaman yang sehat pula dengan panjang sekitar 5 sampai 10 cm. Dalam memilih bibit perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1) thallus yang dipilih masih cukup elastis; 2) thallus memiliki banyak cabang dan pangkalnya lebih besar dari cabangnya; 3) ujung thallus berbentuk lurus dan segar; 4) bila thallus digigit/dipotong akan terasa getas (britel); 5) bebas dari tanaman lain (epipit) dan kotoran lainnya.

Cara Tanam
1.      Tambak yang keadaan dan kualitas airnya sudah memenuhi syarat dibersihkan dari kotoran.
2.      Tambak dikuras dengan mengeluarkan dan memasukan air laut pada saat pasang- surut sehingga air yang ada dalam tambak merupakan air segar (baru).
3.      Bibit ditanam dengan cara menebarkannya secara merata di dalam tambak pada saat keadaan cuaca cukup teduh, yaitu pada pagi hari atau sore hari.
Kepadatan bibit untuk 1 (satu) hektar (ha):
* pada penanaman pertama ditebar sekitar 1 ton bibit per ha;
* apabila pada panen pertama laju pertumbuhan perhari (DGR) tidak kurang dari 3%, atau hasil panen basah sekitar 4 kali berat bibit yang ditanam, maka pada penanaman kedua dapat ditebar dengan kepadatan menjadi 2 ton per hektar.
* apabila DGR dapat mencapai di atas 4%, atau hasil panen basah sekitar 6 kali berat bibit yang ditanam, maka pada penanaman berikutnya dapat ditebar bibit sehingga kepadatan mencapai sekitar 3 sampai 4 ton bibit per hektar.
* Kedalaman air dalam tambak harus diatur, sehingga dapat menunjang pertumbuhan tanaman dan juga meningkatkan isi kandungan dari tanaman. Untuk itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
* pada 4 minggu pertama, air dalam tambak supaya dipertahankan pada ke-dalaman sekitar 30 sampai 50 cm, dengan tujuan agar pertumbuhan cabang lebih cepat;
* pada minggu kelima sampai minggu keenam atau ketujuh air dipertahankan pada kedalaman sekitar 50 sampai 80 cm dengan tujuan memperlambat pertumbuhan cabang sehingga tanaman dapat meningkatkan isi kandungan.
Pada musim kemarau suhu air di dasar tambak diusahakan supaya tidak terlalu tinggi dan apabila suhu air di atas normal maka kedalaman air di dalam tambak perlu ditambah, sehingga suhu di dasar tambak dapat dipertahankan pada kondisi normal.

Pemupukan
Seperti pada tanaman lain, rumput laut gracilaria juga memerlukan nutrisi pada pertumbuhannya seperti nitrogen, phosphat dan kalium serta oksigen. Penggunaan pupuk dalam budidaya ini akan tergantung kepada kualitas nutrisi di dalam air tambak. Untuk itu dianjurkan dilakukan analisis kualitas air tambak untuk mengetahui kandungan nitrogen, phosphat dan kalium. Hasil analisa tersebut dapat digunakan untuk menetapkan jumlah pupuk yang perlu digunakan. Pada prinsipnya, pada empat minggu pertama, tanaman memerlukan lebih banyak nutrisi nitrogen, sedangkan dua atau tiga minggu sebelum panen tanaman memerlukan lebih banyak nutrisi phosphat. Kendala yang dihadapi dalam pemupukan adalah seringnya perggantian air di dalam tambak, karena itu pupuk dalam bentuk pelet relatif lebih efektif karena dapat melepas nutrisi secara bertahap. Apabila di dalam tambak mudah tumbuh alga hijau, maka hal ini menunjukkan bahwa kandungan nitrogennya sudah cukup. Dari hasil pengamatan maka dianjurkan bahwa pada 4 minggu pertama diperlukan sekitar 10 kg/ha pupuk yang banyak mengandung nitrogen, dan ditebar secara bertahap. Sedangkan untuk 2 sampai 3 minggu berikutnya diperlukan sekitar 5 kg/ha pupuk yang lebih banyak mengandung phosphat yang ditebar secara bertahap. Penebaran lebih tepat dilakukan pada saat setelah dilakukan penggantian air tambak.

Pemeliharaan/Perawatan
Ø  Untuk mempertahankan salinitas dan nutrisi baru, perlu dilakukan pergantian air minimal setiap tiga hari sekali pada saat surut dan pasang. Pada musim kemarau pergantian air supaya dilakukan lebih sering untuk menghindari salinitas terlalu tinggi sebagai akibat dari penguapan air. Sedangkan pada musim hujan pergantian air harus diatur untuk menjaga salinitas dalam tambak tidak terlalu rendah. Karena itu pada saat pergantian air perlu diperhatikan salinitas air pada saluran pembagi/induk.
Ø  Perlu dilakukan perawatan/ pemeliharaan pada tambak dan tananan dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:
1.      membuang tanaman lain (rumput dan alga lainnya) serta kotoran lainnya dari dalam tambak supaya tidak nengganggu pertumbuhan rumput laut gracilaria ;
2.      perawatan pintu-pintu air, saluran air dan perawatan pematang tambak.

Panen dan Pascapanen
Panen dapat dilakukan setelah tanaman berusia sekitar 45 sampai 60 hari (akan sangat tergantung pada kesuburan lokasi penanaman) atau dengan memilih tanaman yang dianggap sudah cukup matang untuk dikeringkan. Sedangkan tanaman yang masih belum matang atau bagian tanaman yang masih muda dipetik untuk kemudian ditanam kembali sebagai bibit baru. Sebelum dikeringkan hasil panen dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan air tambak untuk menghilangkan lumpur dan kotoran lainnya. Apabila tidak ada permintaan lain dari pembeli maka keringkan langsung dengan sinar matahari dengan dialasi gedek, krey bambu, daun kelapa atau dengan menggunakan bahan lainnya.
Catatan:
Untuk pengeringan selama musim penghujan, dapat dilakukan dengan mengangin-anginkan rumput laut di atas rak (dengan ketebalan setitar 5 sampai 8 cm.) atau dengan cara diikat dalam bentuk rumpun dan digantung di dalam gudang. Dapat pula dilakukan dengan menggunakan alat pengering khusus, seperti menggunakan penghembus udara panas.
3.      Pengeringan diusahakan sampai pada kekeringan yang cukup dengan kandungan air sekitar 12%, sehingga pada saat penyimpanan, kandungan air pada rumput kembali menjadi sekitar maksimal 18%. Apabila diremas dan terasa sakit pada telapak tangan, artinya kekeringan rumput laut sudah cukup baik. Rasio basah : kering pada umumnya sekitar 9 :1 atau 8 : 1.
4.      Rumput kemudian diayak atau diperlakukan lain untuk merontokkan butir-butir halus garam dan/atau debu yang masih melekat serta sekaligus melakukan sortir ulang. Hasilnya kemudian dimasukan ke dalam karung dan penyimpanan dilakukan di gudang yang terhindar dari embun, air hujan atau air tawar lainnya. Gudang harus ditata sedemikian rupa, sehingga memiliki sirkulasi udara yang cukup baik.
5.      Pengepakan atau pengisian dalam karung dapat disesuaikan dengan permintaan pembeli dengan berat sekitar 50, 75 atau 100 kg. per karung/bal. Untuk mengefektifkan ruangan (baik dalam gudang atau alat transportasi) sebaiknya pengepakan dilakukan dengan mesin pres




DAFTAR PUSTAKA

Dikutip dari http://gangganglaut.blogspot.com/2010/11/pengertian-rumput-laut.html pada tanggal 10 Maret 2012, pukul 17.35
Dikutip dari http://pakarbisnisonline.blogspot.com/2010/05/cara-budidaya-rumput-laut-menggunaka.html pada tanggal 10 Maret 2012, pukul 17.48
Dikutip dari http://kenshuseidesu.tripod.com/id49.html pada tanggal 11 Maret 2012, pukul 8.15
Diunduh dari http://rahimnetwork.blogspot.com/2010_11_09_archive.html pada tanggal 11 Maret 2012, pukul 17.48

PENGARUH BANYAKNYA INDUSTRI DI KOTA CILEGON TERHADAP KESEHATAN ORGAN PERNAPASAN WARGA CILEGON


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin berkembangnya perekonomian semakin banyak pabrik atau industri yang ikut mengambil peran dalam perkembangan perekonomian baik dalam skala lokal, nasional, maupun internasional. Hal ini tentunya sangat baik untuk kemajuan perekonomian. Sayangnya, semua itu tidak hanya menimbulkan hal-hal yang menguntungkan saja melainkan juga menimbulkan hal-hal yang merugikan atau hal-hal yang berdampak negatif.
Berkaitan dengan pabrik-pabrik atau industri, kota Cilegon dapat dijadikan contoh akan hal tersebut. Karena kota Cilegon adalah salah satu kota di Indonesia yang memiliki banyak industri. Di Cilegon terdapat lebih dari 40 perusahaan besar yang bergerak di bidang Industri Kimia  selain Krakatau Steel yang kita kenal dengan produk  bajanya. Hal-hal negatif yang timbul adalah banyaknya polusi yang berasal dari kegiatan perindustrian. Baik polusi yang berasal dari buangan industri maupun alat transportasi yang berguna untuk mengangkut bahan dan hasil industri. Alat transportasi yang digunakan untuk mengangkut bahan dan hasil industri adalah truk-truk besar yang tentunya jumlah zat-zat hasil buangan knalpotnya tidaklah sedikit.
Di wilayah Cilegon tidaklah sedikit masalah yang berkaitan dengan polusi yang sering dirasakan dampaknya oleh warga, terutama warga yang berlokasi di dekat pabrik. Beberapa kecelakaan yang tejadi di pabrik, misalnya kebocoran pipa, , tumpahan tangki dari bahan kimia, bahkan kebakaran pabrik. Tentunya hal ini menghasilkan dampak yang mengkhawatirkan untuk kesehatan warga sekitar. Cara penanggulan serta pencegahannya sangatlah penting. Peran pihak terkait seperti pihak penanggung jawab dari pabrik serta pemerintah setempat perlu diperhatikan.

1.2 Tujuan
Penulis bertujuan untuk menjelaskan seberapa besar pengaruh atau dampak banyaknya pabrik industri di kota Cilegon terhadap kesehatan organ pernapasan warga Cilegon dan juga usaha yang dilakukan pemerintah setempat serta pihak yang terkait terhadap pencegahan dan penanggulangan pencemaran.

1.3 Manfaat
Semoga dengan karya tulis ini kita dapat mengetahui seberapa besar pengaruh atau dampak banyaknya jumlah pabrik industry di kota Cilegon terhadap kesehatan organ pernapasan warga Cilegon dan juga mengetahui usaha yang dilakukan pemerintah setempat serta pihak yang terkait terhadap pencegahan dan penanggulangan pencemaran.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lngkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfingsi lagi sesuai dengan peruntukannya (UU Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982).
Pencemaran dapat timbul sebagai akibat kegiatan manusia ataupun disebabkan oleh alam (misal gunung meletus, gas beracun). Ilmu lingkungan biasanya membahas pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia, yang dapat dicegah dan dikendalikan.
Karena kegiatan manusia, pencemaran lingkungan pasti terjadi. Pencemaran lingkungan tersebut tidak dapat dihindari. Yang dapat dilakukan adalah mengurangi pencemaran, mengendalikan pencemaran, dan meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya agar tidak mencemari lingkungan. Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut polutan. Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makluk hidup.
Suatu zat dapat disebut polutan apabila :
1.      Jumlahnya melebihi jumlah normal.
2.      Berada pada waktu yang tidak tepat.
3.      Berada di tempat yang tidak tepat.

Sifat polutan adalah :
·         Merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zat lingkungan tidak merusak lagi.
·         Merusak dalam waktu lama. Contohnya Pb tidak merusak bila konsentrasinya rendah. Akan tetapi dalam jangka waktu yang lama, Pb dapat terakumulasi dalam tubuh sampai tingkat yang merusak.
Pencemaran lingkungan berakibat terhadap kesehatan manusia,tata kehidupan, pertumbuhan flora dan fauna yang berada dalam jangkauan pencemaran. Gejala pencemaran dapat terlihat pada jangka waktu singkat maupun panjang, yaitu pada tingkah laku dan pertumbuhan. Pencemaran dalam waktu relatif singkat, terjadi seminggu sampai dengan setahun sedangkan pencemaran dalam jangka panjang terjadi setelah masa 20 tahun atau lebih.
Gejala pencemaran yang terjadi dalam waktu singkat dapat diatasi dengan melihat sumber pencemaran lalu mengendalikannya. Tanda-tanda pencemaran ini gampang terlihat pada komponen lingkungan yang terkena pencemaran. Berbeda halnya dengan pencemaran yang terjadi dalam waktu yang cukup lama. Bahan pencemar sedikit demi sedikit berakumulasi.
Dampak pencemaran semula tidak begitu kelihatan. Namun setelah menjalani waktu yang relatif panjang dampak pencemaran kelihatan nyata dengan berbagai akibat yang ditimbulkan. Unsur-unsur lingkungan,mengalami perubahan kehidupan habitat. Tanaman yang semula hidup cukup subur menjadi gersang dan digantikan dengan tanaman lain. Jenis binatang tertentu yang semula berkembang secara wajar beberapa tahun kemudian menjadi langka, karena mati atau mencari tempat lain.
Kondisi kesehatan manusia juga menunjukkan perubahan; misalnya, timbul penyakit baru yang sebelumnya tidak ada.Kondisi air, mikroorganisme, unsur hara dan nilai estetika mengalami perubahan yang cukup menyedihkan.
Bahan pencemar yang terdapat dalam limbah industri ternyata telah memberikan dampak serius mengancam satu atau lebih unsur lingkungan: Jangkauan pencemar dalam jangka pendek maupun panjang tergantung pada sifat limbah,jenis, volume limbah, frekuensinya dan lamanya limbah berperan.

Usaha-usaha Mencegah Pencemaran Lingkungan:
1.      Menempatkan daerah industri atau pabrik jauh dari daerah perumahan atau pemukiman penduduk.
2.      Pembuangan limbah industri diatur sehingga tidak mencemari lingkungan atau ekosistem.
3.      Pengawasan terhadap penggunaan jenis-jenis pestisida dan zat kimia lain yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan.
4.      Memperluas gerakan penghijauan.
5.      Tindakan tegas terhadap pelaku pencemaran lingkungan.
6.      Memberikan kesadaran terhadap masyarakat tentang arti lingkungan hidup sehingga manusia lebih mencintai lingkungan hidupnya.




BAB III
PEMBAHASAN
Kota Industri merupakan sebutan bagi kota kecil di provinsi Banten, yaitu kota Cilegon. Kota Cilegon merupakan salah satu tempat industri baja terbesar di Indonesia. Selain pabrik baja, Cilegon juga memiliki puluhan pabrik kimia.
Tentunya hal ini membawa dampak positif dan juga dampak negatif untuk kota ini. Dampak positif adanya industri-industri di kota Cilegon yaitu dapat dijadikan sebagai lapangan pekerjaan yang mencakup sekitar 24,68 % atau sebesar 29.755 tenaga kerja, dapat memajukan perekonomian kota, serta dapat ikut mempengaruhi perkembangan sarana dan prasarana kota. Sedangkan dampak negatif yang ikut timbul akibat adanya indutri-industri yang ada di kota Cilegon salah satu diantaranya yaitu polusi. Polusi udara, polusi air, dan polusi tanah. Tetapi, hal yang paling menonjol adalah polusi udara. Alasannya karena hal ini paling sering dirasakan dampaknya. Dampaknya yaitu penyakit ISPA bahkan penyakit kanker paru-paru.
Kesehatan Penduduk
Pola 10 penyakit terbanyak pada pasien Rawat Jalan di Puskesmas Tahun 2010 menunjukkan pasien yang paling banyak berkunjung adalah pasien dengan penyebab gangguan sistem pernafasan.
10 BESAR PENYAKIT DI PUSKESMAS TAHUN 2010
No.
Jenis Penyakit
Jumlah
1
Infeksi Saluran Nafas Akut
83.099
2
Dermatitis lainnya
29.153
3
Faringitis akut
21.323
4
Gastritis dan Duodenitis
20.351
5
Nasofaringitis akut
20.109
6
Batuk
19.300
7
Sakit kepala
16.522
8
Diare dan Gastroenteritis
13.306
9
Artritis lainnya
11.577
10
Myalgia
11.469

Pengelola program pada Bidang Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten Asma Farida di Serang, Minggu (23/10/2011), mengatakan, total jumlah kasus ISPA se-Provinsi Banten sejak Januari-September 2011 mencapai 103.640 kasus.
Dari jumlah tersebut, kasus ISPA tertinggi terjadi di Kota Cilegon sebanyak 44.194 kasus, disusul Kabupaten Serang dengan jumlah kasus sebanyak 28.879 kasus, kemudian Kota Serang 14.233 kasus, Kabupaten Lebak 10.960 kasus, Kabupaten Lebak 10.960 kasus, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan (Tangsel) 0 (tidak ada) kasus.
"Kota Cilegon merupakan kota yang paling tinggi kasus ISPA di banding kota/kabupaten lain, faktornya karena polusi udara," kata Farida.
Menurut Farida, dari delapan kecamatan yang ada di Kota Cilegon, kasus terbanyak terjadi di Kecamatan Ciwandan. Kecamatan yang berbatasan dengan Kecamatan Anyer, kabupaten Serang itu potensi ISPA-nya besar karena kadar debu di wilayah tersebut sangat tinggi salah satunya disebabkan di Ciwandan banyak "stokpile" batubara serta mobilitas kendaraan industri.
Ia mengatakan, untuk mengantisipasi polusi udara karena debu batubara, seharusnya lokasi stokpile batubara dipagari dinding atau tembok dengan ketinggian minimal 3 meter dan dikelilingi pepohonan yang menyerap debu.
Namun yang terjadi di Ciwandan, dinding pagar pada lokasi stokpile kurang dari 3 meter akibatnya debu batubara dan debu jalanan beterbangan dan masuk ke rumah-rumah warga.
"Debu yang masuk rumah warga itu berpotensi besar menyebabkan ISPA bagi penduduk setempat," kata Farida.
Sementara Kabid P2PL Dinkes Provinsi Banten Didin Aliudin menambahkan, berdasarkan Data Dinkes Banten diketahui bahwa kasus ISPA pada 2011 mengalami peningkatan tajam.
Pada 2009, kasus ISPA di Banten hanya berjumlah 51.282 kasus, namun sepanjang 2011 ini meningkat sebanyak 52.358 kasus sehingga jumlahnya menjadi 103.640 kasus.
Menurut Didin, upaya pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan menggunakan masker, mengurangi kontak dengan debu, dan membiasakan membuka fentilasi udara di rumah. ISPA biasanya paling banyak dialami anak usia 1-5 tahun, dan 5-14 tahun. ISPA ada dua jenis, yakni bukan pneumonia dan pneumonia. Jika tidak segera diobati, ISPA akan berdampak ke radang paru-paru.
"Sepanjang 2011 kasus ISPA di Banten telah merenggut delapan nyawa penderitanya. Tiga dari delapan orang meninggal dunia tersebut adalah bayi dibawah satu tahun dan lima orang lainnya adalah anak-anak usia 1-4 tahun," kata Didin.
Pengertian ISPA
Adapun pengertian dari ISPA adalah singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau URI ( bahasa Inggris ) singkatan dari under respiratory infection adalah penyakit infeksi yang bersifat akut dimana  melibatkan organ saluran pernapasan mulai dari hidung, sinus,  laring hingga alveoli.
Klasifikasi ISPA
Klasifikasi ISPA berdasarkan hasil pemeriksaan dibedakan menjadi dua golongan yaitu :
1.            Golongan umur dibawah 2 bulan
2.            Golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun

v  Golongan umur dibawah 2 bulan terdiri dari dua klasifikasi yaitu :
•             Pneumonia
Yang dimaksud pneumonia jika dalam pemeriksaan fisik terdapat adanya tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau frekuensi napas cepat ( frekuensi pernafasan 60 kali permenit atau lebih ).
•             Bukan pneumonia
Yang dimaksud bukan pneumonia jika ditemukan penyakit batuk pilek biasa, dan tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau tidak ditemukan napas cepat ( frekuensi pernafasan kurang dari 60 kali permenit ).
v  Golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun terdiri dari tiga klasifikasi yaitu :
•             Pneumonia
Yang dimaksud pneumonia jika dalam pemeriksaan fisik ditemukan nafas cepat dengan frekuensi pernafasan  50 kali per menit atau lebih ( usia 2 – 12 bulan ), atau frekuensi pernafasan 40 kali per menit atau lebih (untuk usia 1 – 5 tahun ).
•             Pneumonia berat:
Yang dimaksud pneumonia berat jika ditemukan sesak nafas dalam pemeriksaan fisik dan saat inspirasi adanya tarikan dinding dada bagian bawah. Namun saat dilakukan pemeriksaan anak harus dalam keadaan tenang, dan tidak menangis.
•             Bukan pneumonia
Yang dimaksud bukan pneumonia adalah jika tidak ada napas cepat, dan tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah, jadi penderita hanya mengalami batuk pilek biasa.

Jumlah Kasus Pneumonia Balita Kota Cilegon Tahun 2010
Dari data-data yang diperoleh, ternyata banyaknya industri di kota Cilegon membawa dampak yang sangat besar untuk kesehatan organ pernapasan warga Cilegon. Hal ini dikarenakan polutan-polutan yang timbul akibat dari kegiatan industri tersebut. Pada umumnya warga Cilegon terutama balita menderita penyakit ISPA. Dan dapat diketahui jika Kecamatan Ciwandan adalah yang mempunyai kasus Pneumonia terbanyak, ini dikarenakan kecamatan Ciwandan dapat dikatakan sebagai sentral industri kota Cilegon. 


BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adanya pabrik atau ndustry di kota Cilegon menghasilkan  keuntungan yang banyak antara lain membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat,serta dari aktivitas pabrik itu sendiri menghasilkan pendapatan asli daerah(PAD) yang tentunya ini semua bisa meningkatkan kekuatan ekonomi Kota Cilegon untuk membangun kotanya,tetapi harus disadari juga bahwa daerah  ndustry kimia juga banyak mengandung resiko, yang antara lain rawan  terjadinya pencemaran  lingkungan yang juga berdampak bagi kesehatan organ pernapasan warga Cilegon. Dan walaupun usaha pencegahan telah dilakukan, tetapi pencegahan terhadap pencemaran lingkungan tidak serta merta menghapus adanya pencemaran lingkungan yang mungkin dapat terjadi. Faktor kesalahan teknis, manusia, serta bencana alam tentunya dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dapat tetap terjadi.
4.2 Saran
Meskipun terdapat satu faktor terjadinya pencemaran lingkungan  yang tidak dapat dihindari, yaitu faktor bencana alam. Tetapi tentunya faktor kesalahan teknis atau kesalahan pada manusia masih dapat dihindari. Dengan  cara pemeriksaan rutin akan peralatan pabrik, tidak bersikap ceroboh bagi pekerja atau karyawan dalam bekerja, serta yang paling penting adalah kepedulian pemerintah terkait akan pabrik-pabrik tersebut. Kerjasama pemerintah serta warga sekitar sangatlah penting dalam mengontrol pabrik atau ndustry yang  kemungkinan dapat berbuat seenaknya atau tidak bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitarnya.


                                   


DAFTAR PUSTAKA

AntaraNews.com diunduh Sabtu, 14 April 2012 pukul 11.21
www. radarbanten.com diunduh Sabtu, 14 April 2012 pukul 11.19
Faktaberita.com diunduh Sabtu, 14 April 2012 pukul 10.52
Bantenpos-online.com diunduh Sabtu, 14 April 2012 pukul 10.20
www.elshinta.com diunduh Sabtu, 14 April 2012 pukul 10.20
www.Bidikbanten.com diunduh Sabtu, 14 April 2012 pukul 10.20
Ojibarayapost.blogspot.com diunduh Sabtu, 14 April 2012 pukul 9.48
www.poskotanews.com diunduh Sabtu, 14 April 2012 pukul 7.41
http://nursingbegin.com diunduh Minggu, 15 April 2012 pukul 20.08
http://www.dinkes.bantenprov.go.id diunduh Minggu, 15 April 2012 pukul 20.11